Tentang Film Goal III - Taking on the World

Tentang Film Goal III – Taking on the World

  • Ide Cerita
  • Sinematografi
  • Akting Pemeran
  • Latar dan Suasana
  • Musik
2.7/5Overall Score
Specs
  • Sutradara: Andrew Morahan
  • Skenario: Mike Jefferies, Piers Ashworth, & Jonathan Yehezkiel
  • Rilis: 15 Juni 2009
  • Durasi: 92 menit
Pros
  • Minat bagi Penggemar Sepak Bola
  • Visualisasi Pertandingan
  • Menjelajahi Dunia Sepak Bola
Cons
  • Alur Cerita Lemah dan Berantakan
  • Akting Buruk
  • Putus Hubungan
  • Representasi Tanggung Piala Dunia

Ringkasan Cerita Film Goal III – Taking on The World

Mengawali pembicaraan tentang film Goal III, di awal cerita, kita menemukan Santiago Muñez, Liam Adams, dan Charlie Braithwaite menjadi bintang iklan untuk Piala Dunia di Jerman tahun 2006. Setelahnya, agen Liam, Nick Ashworth, memberi tahu bahwa Real Madrid tidak akan memperpanjang kontrak pemain tersebut. Maka, Liam pun bergabung kembali dengan Newcastle United yang merupakan mantan klubnya.  

Di sisi lain, Charlie mendapat peran dalam sebuah film dan menjalin hubungan dengan dengan seorang aktris Italia bernama Sophia Tardelli. Lalu, dalam proses ssyuting, Liam mendapat kabar bahwa dirinya dan Charlie telah terpilih masuk ke dalam tim nasional Inggris untuk piala dunia.

Sayangnya, ketika Santiago, Liam, Charlie, dan Sofia menumpang sebuah taksi, mereka mengalami kecelakaan dan harus mendapat perawatan di rumah sakit setempat. Liam, Sofia, dan Charlie menderita luka ringan, tetapi Santiago menderita retak tulang rusuk dan patah lengan. Akibatnya, Santiago harus absen dari Piala Dunia.

Singkat cerita, Liam dan Charlie menuju Jerman untuk Piala Dunia. Setelah berada di bangku cadangan untuk dua pertandingan pembukaan penyisihan grup, Liam turun dan mencetak gol ketika melawan Swedia. Alhasil, Inggris pun lolos ke babak selanjutnya.

Akhirnya, Charlie dan Sofia bertunangan. Saat makan malam, Santiago mengungkapkan bahwa Nick kini telah menjadi agennya. Di samping itu, Santiago pun telah menandatangani kontrak dua tahun dengan Tottenham Hotspur.

Sejujurnya, saya sempat merasa bimbang apakah harus meneruskan ringkasan cerita tersebut hingga selesai atau berhenti di sini saja. Alasannya, film ini sangat tidak terduga, dalam pengertian tidak sesuai dengan ekspektasi saya maupun banyak orang yang menunggunya di luar sana. Baiklah, lebih baik kita melanjutkan Tentang Film Goal III – Taking on the World ini.

Tentang Film Goal III – Taking on The World

Film “Goal III” adalah film sepak bola yang dirilis pada tahun 2009 sebagai kelanjutan dari film-film sebelumnya dalam seri “Goal!”. Film ini menceritakan tentang perjalanan seorang pemain sepak bola muda dari awal karirnya hingga mencapai impian dan suksesnya di level tertinggi. Meskipun memiliki daya tarik bagi para penggemar sepak bola, film ini mendapatkan banyak kritik dan dinilai memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, seperti berikut:

Kelebihan Film Goal III – Taking on the World

Bukankah setiap hal selalu memiliki sisi positif? Benar, itulah pertanyaan yang membuat saya berusaha menemukan sisi lebih dari film ini.  

Minat bagi Penggemar Sepak Bola

Goal III – Taking on the World sepertiinya menargetkan audiens penggemar sepak bola dengan menampilkan aksi sepak bola dan beberapa momen dramatis yang berhubungan dengan permainan. Khususnya, minat yang berhubungan dengan pesta bola Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman. Bagi mereka yang mencintai sepak bola, film ini bisa menjadi hiburan yang menyenangkan karena menyajikan adegan-adegan pertandingan dari olahraga ini.

Visualisasi Pertandingan

Salah satu aspek, jika bukan satu-satunya, yang menonjol dari film ini adalah visualisasi pertandingan sepak bola. Meski demikian, kita tidak perlu mengharapkan keakuratan dengan apa yang terjadi di pertandingan nyata. Pasalnya, bagaimanapun juga, film ini adalah fiksi dan semua yang tampil di dalamnya merupakan rekaan. Maka, jika Anda menemukan kemiripan dengan suasana piala dunia aslinya, Anda bisa menganggapnya sebagai kebetulan.

Menjelajahi Dunia Sepak Bola

Hal terakhir yang menurut saya cukup dapat dianggap sebagai kelebihan dari film ini adalah turnya. Karena, alur cerita film Goal III membawa kita ke berbagai lokasi sepak bola terkenal di dunia. Otomatis, kita akan menemukan beberapa unsur budaya dari berbagai negara yang dapat memberi pandangan yang menarik tentang keragaman dalam dunia sepak bola.

Kelemahan Film Goal III – Taking on the World

Alur Cerita Lemah dan Berantakan

Jika dalam film kedunya kata saya menggunakan kata “berantakan” untuk menggambarkan kekacauan demi kekacauan yang seakan berserakan dalam kehidupan tokoh utama, di sini saya menggunakannya secara harfiah. Saya tidak mengerti ke mana cerita ini akan bermuara. Bukan karena banyaknya kejutan, melainkan karena kehilangan sudut pandang siapakah yang menjadi tokoh utama dalam film ini.

Santiago seolah hanya menjalankan peran sebagai figuran. Pastinya, hal ini menjadi ironi mengingat karakter yang diperankan oleh Kuno Becker tersebut adalah faktor yang paling dinantikan oleh penonton.

Akting Buruk

Banyak pihak yang mengkritik kualitas akting yang kurang memadai dari beberapa “pemeran utamanya”. Lihatlah, beberapa adegan sepertinya mencoba untuk menampilkan momen emosional. Namun, ekspresi dan penghayatan yang kurang meyakinkan membuat semuanya menjadi datar. Bahkan, kemunculan beberapa karakter sangat terbatas sehingga kita tidak mengerti bagaimana hubungan sebenarnya antara tokoh tersebut dengan cerita ini.

Putus Hubungan

Goal III merupakan kelanjutan dari dua film sebelumnya, tetapi saya sama sekali tidak menemukan apa hubungannya dengan film-film yang lalu. Semula, saya mencoba memikirkan bahwa Santiago dan kedua kawannya itu akan terlibat dalam konflik profesional (sebagai pemain yang membela negara yang berbeda) dalam piala dunia. Atau, melalui sang aktris Sophia Tardelli yang sempat menunjukkan ketertarikannya kepada Santiago. Namun, semua itu hanya menjadi angan-angan saya.

Representasi Tanggung Piala Dunia

Selain mendapatkan kritik atas karakater-karakternya, beberapa aspek dari yang berusaha disajikan oleh film ini sangat jauh dari akurat. Contohnya, even piala dunia yang sejak awal film menjadi daya tarik justru tak memiliki kontribusi apa pun terhadap koneksi dari tokoh-tokoh yang membawa cerita falam film ini.

Di samping itu, saya menyesal mengharapkan atmosfer dan suasana pertandingan sepak bola kelas dunia dari film ini. Padahal, prekuel-prekuelnya cukup mampu membawakan hal itu sampai pada tahap keterhubungan dengan jalan cerita. Secara keseluruhan, Goal III adalah film yang dapat memberikan hiburan sederhana dalam bentuk aksi sepak bola.

Namun, banyak hal dalam film ini, seperti plot, akting, dan eksekusi, yang justru mengurangi kualitasnya dan mengecewakan para penontonnya. Oke, demikian pembicaraan tentang film Goal III – Taking on the World, semoga bermanfaat. Terakhir, David Beckham tetaplah seorang bintang.

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *